red bulls nba team

Thursday, June 30, 2011

Korban Petrus Tidak Sudi Maafkan Soeharto

VHRmedia.com, Jakarta - Keluarga korban penembak misterius (petrus) tidak dapat memaafkan kejahatan bekas presiden Soeharto sebagai otak terjadinya pembunuhan tersebut. Diperkirakan 713 orang dibunuh dalam operasi rahasia tersebut.

Dalam pertemuan dengan anggota Komisioner Komnas HAM, Rabu (23/1), Bathi Mulyono, korban penembak misterius yang dapat meloloskan diri dari pembunuhan, menyatakan tidak akan memberi maaf kepada Soeharto. Sebab, kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Soeharto lebih biadab dibandingkan kejahatan korupsi. Derita fisik dan batin yang harus ditanggung korban dan keluarga korban petrus tidak akan hilang sampai kapan pun.

"Negara ini jangan mengambil keputusan politik memaafkan Soeharto tanpa bertanya terlebih dahulu kepada para korban dan janda-janda korban petrus. Kalau mau menjadi penjahat, bergurulah pada Soeharto. Ini bukan dendam, tetapi Soeharto itu adalah bos bromocorah (penjahat)," kata Bathi.

Menurut Bathi, dia datang ke Komnas HAM untuk menagih janji anggota komisioner terdahulu yang menyatakan akan menuntaskan penyelidikan terhadap kasus penembak misterius. Dia berharap Komnas HAM tidak hanya mengumbar janji dan lebih serius memproses semua pengaduan masyarakat.

Bathi Mulyono adalah korban yang pernah menjadi target pembunuhan penembak misterius yang terjadi tahun 1983. Dia lolos dari pembunuhan karena bersembunyi di Gunung Lawu selama 1,5 tahun. Bathi yang saat itu menjadi koordinator pengamanan Pemilu Tingkat I Jawa Tengah dari Golongan Karya mengetahui dirinya menjadi target petrus melalui informasi beberapa instansi pemerintah.

Anggota Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Edwin Partogi mengatakan, selain membunuh para residivis dan preman, operasi petrus saat itu juga membunuh Viktor Sinaga, bocah berusia 15 tahun, dan seorang aktivis Lembaga Bantuan Hukum Palembang. Edwin membawa data hasil investigasi Kontras tentang penembak misterius yang mencatat pada tahun 1983 setidaknya 532 orang tewas akibat operasi tersebut. Selanjutnya sepanjang tahun 1984 dan 1985 sebanyak 181 orang dibunuh melalui operasi rahasia yang diduga digagas oleh Soeharto, presiden saat itu. 

Dari hasil investigasi Kontras tersebut tidak terlihat perubahan signifikan terhadap perilaku kriminalitas sebelum dan sesudah operasi petrus dilaksanakan. Menurut Edwin, ketika dimintai konfirmasi mengenai jumlah korban akibat operasi petrus tersebut ternyata polisi tidak mencatat jumlah korban. 

Teror yang ditebar oleh operasi penembak misterius biasanya berupa penemuan mayat korban di tempat-tempat umum dalam keadaan tangan terikat, leher dijerat, dimasukkan ke dalam karung, dan terdapat luka tembak. Korban biasanya ditinggal di depan rumah, di pinggir jalan, dihanyutkan di sungai atau laut, dan dibuang di kebun atau hutan. Korban biasanya diculik oleh orang tidak dikenal lalu dieksekusi. Namun ada juga yang langsung ditembak di tempat saat ditangkap.

Menurut Edwin, mereka yang patut diduga terlibat dan bertanggung jawab atas operasi petrus adalah bekas Presiden Soeharto, Panglima Komando Pengendalian Pengamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) Laksamana Soedomo, bekas Panglima ABRI (sekarang TNI) LB Moerdani, bekas Jaksa Agung Ismail Saleh, bekas Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung Ali Moertopo, bekas Gubernur DKI Jakarta R Soeprapto, bekas Kapolri Anton Soedjarwo, bekas Panglima Daerah Militer Jakarta Raya Tri Sutrisno, dan bekas Menteri Penerangan Harmoko.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...